UMU Entrepreneur EXPO

REKTOR Universitas Muslim (UMU) Buton, Dr H Sudjiton menerangkan belum lama ini institusinya baru sajaa Milad, ulang tahun ke-4 berdirinya UMU Buton. Diulang tahun ke4, mengangkat tema besar yaitu Enterpreneur Expo. K e n a p a d i a n g k a t Enterpreneur Expo? Karena cita-cita besar membangun Universitas Muslim Buton pa radigma membangun perguruan t inggi, sudah bergeser.

Dikatakan, kalau pada era 60, 70-an core bisnis perguruan t inggi adalah pada ilmu pengetahuan dan sains. Siapa yang pintar, bisa berorasi s e c a ra menggebu-gebu tentang kemampuannya menarasikan kemampuan pikirnya, danggap sosok yang cerdas, pintar. Dalam arti kata siapa yang punya kemampuan intelektualitas yang tinggi, maka dialah yang unggul, dialah yang punya kelas tersendiri dari yang lain.

Tetapi beberapa puluh tahun kemudian, lanjutnya, diera 90- an mulai bergeser. Kebanggan s e b u a h k a m p u s y a n g mengandalkan kemajuan ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi pengarus utamanya. Tetapi sudah menggeser k e p a d a p e n e l i t i a n d a n pengembangan, kemudian inova s i . Ka rena dengan p e n e l i t i a n d a n pengembangan bisa lebih kongkrit beradaptasi dan bagaimana dinamika empiris d i l i n g k u n g a n n y a . B i s a diadaptasi, bisa diinovasi d e n g a n p e n e l i t i a n d a n pengembangan. Mantan Sekab Wakatobi ini mengaku kini paradigma itu sudah mulai bergeser karena t idak mampu lagi kalau membangun pe rguruan tinggi dengan paradigma p e n e l i t i a n d a n pengembangan, inovasi tidak bisa lagi bertahan. Karena d i n a m i k a k e b u t u h a n masyarakat atau dunia tidak lagi seperti itu. “Maka tentu kita membangun perguruan tinggi, sumberdaya manusi harus menjawab tantang zamannya. Pada saat sekarang yang core bisnisnya adalah enterpreneurial dalam arti yang luas,” bebernya. Oke, kata dia, bisa saja yang menjadi motornya bagaimana b e r b i s n i s , b a g a i m a n a berusaha yang unggul tetapi s e s u n g g u h n y a enterpreneurial adalah suatu p a r a d i g m a d i m a n a keunggulan, cara berpikir k r i t i s , k e m a m p u a n menganalisa, beradaptasi dengan lingkungan menjadi kata kunci bagi seseorang bisa ma ju ke depan. K a r ena d e n g a n k e m a m p u a n menganalisa lingkungan, d i n a m i k a l i n g k u n g a n , k e b u t u h a n – k e b u t u h a n empirikal dilingkungannya, maka dia bisa melakukan suatu analisa-analisa secara rasional tentang dinamika itu. Dengan analisa-analisa yang mendalam tentang berbagai macam soal yang dinamis, tentu akan melahirkan orangorang yang punya ide dan gagasan-gagasan, begitu urutannya.

Mantan Kepala Bappeda Kota Baubau ini melanjutkan, seseorang yang punya ide dan gagasan-gagasan untuk bagaimana agar dinamika kebutuhan linngkungan empirikal bisa terjawab, maka t i n g g a l m e n u n g g u b a g a i m a n a i d e d a n g a g a s a n n y a diimplementasikan. “Diwilayah implementasi inilah yang menentukan untuk bagaimana dia menjadi pelaku-pelaku riil. Untuk menjadi aktor-aktor yang bisa m e n j a w a b m a s a l a h , ” terangnya. D i t e r a n g k a n , d i a r e a implementasi dibutuhkan i n o v a s i , i t u l a h y a n g dibutuhkan sumber daya kekinian yang bisa masuk diberbagai bidang-bidang yang membutuhkan sumber daya. ” N a h k a l a u d i a s u d a h b e r a d a p t a s i d e n g a n k e b u t u h a n – k e b u t u h a nempirikalnya, kemudian dia sudah berinovasi disitu terus menerus dan lebih cepat, maka dia akan menjadi orangorang yang unggul. Orangorang yang berdaya saing,” paparnya. S e m a n g a t i t u l a h , k a t a Sudjiton, yang coba ditularkan dida l am seluruh c i v i t a s akademika UMU Buton. Untuk bagaimana tahun keempat spirit itu betul-betul secara bertahap diintrodusir kepada civitas akademika, terlebih kepada mahasiswa. “Maka itu, tagline diulang t ahun a t au M i l a d ke – 4 , E n t e r p r e n e u r i a l E x p o , ” tandasnya. Spirit Dies Natalis UMU Buton ke-4 menggunakan tagline E n t e r p r e n e u r i a l E x p o . Bagaimana wujudnya? Rektor Universitas Muslim (UMU) Buton, Dr H Sudjiton m e n g u r a i k a n i n t i n y a menginisiasi Temu Wicara antara berbagai pihak.

Kata dia, Aktor yang kita bicara untuk s a l ing mende ka t dengan posisi masing-masing. Bagaimana berbicara agar satu kesepahaman, komitmen untuk kolabori. Inilah kata kunci. Perguruan t inggi, akademisi kadang merasa jalan sendiri, Pemda juga mungkin merasa akademisi apa yang diperbuat. Mungkin didalam kelasnya saja, diajari mahasiswa, selesai pulang di rumah masing-masing. “Pelaku usaha yang outopilot, dia berusaha tanpa merasa ada intervensi atau campur tangan, kebijakan-kebijakan yang membuat mereka lebih lincah. Lebih terfasilitasi di dunianya untuk lincah dalam berusaha,” paparnya. L a n j u t m a n t a n S e k a b W a k a t o b i i n i , d u n i a perbankan, dulu terkesan agak pasif, hanya di kantornya meneria siapa yang butuh kreadit. Kini mereka sudah a g a k l e b i h m a j u u n t u k merespon lebih ke depan. Dikatakan demikian karena diExpo UMU, pihak bank banyak m e n g h a s i l k a n l a y a n a n perbankan yang lebih agresif untuk memfasilitasi pihakpihak yang membutuhkan dunia perbankan. Dalam hal ini finansial untuk modal kerja dari dunia usaha. Sekarang dunia usaha, kata Sudjiton, mereka seolah-olah merasa berjalan sendiri tanpa a d a y a n g m e m b a n t u , memfasilitasi. Kalau di dunia usaha, ada aktornya, pemukanya, pelaku u s a h a y a n g b e r b i c a r a d i k o m u n i t a s n y a . D a r i perbankan juga terbuka, lebih p r o a k t i f m e m e n u h i kebutuhan dunia usaha, layak atau tidak layak. Bahkan sampai di UMKM, perbankan sudah berani masuk. “Perguruan tinggi, sebagai a k a demi k , te kn o k r a t i k , bagaimana menyumbangkan cara-cara berpikir, paling tidak untuk mewarnai kebijakankebijakan wilayah agar lebih t e p a t , d i d e p a n u n t u k menggiring atau menjawab Mantan Kepala Bappeda Kota B a u b a u i n i m e n e r a n g k an b o l e h j a d i p a r a p e m a n g ku k e p e n t i n g a n y a n g b e r a da diwila yah perumus kebijakan, k a d a n g – k a d a n g s u d a h a da d a l a m p o s i s i d i b e l a k a n g. Dinamika dunia usaha sudah di depan begitu jauh. Mereka baru melahirkan kebijakan, tidak diperlukan. Bahkan k a l a u d i pa k s a k a n a k a n menjadi penghambat. “Maka itu dia harus dua, tiga l a n g k a h d i d e p a n d a r i dianamika. Itu sebenarnya k a t a k u n c i y a n g i n g i n ditelur kan,” sambungn ya. S u d j ito n m e n g a t a k a n s e t i ap produk kebijakan, tiga, empat l a n g k a h d i d e p a n , s e h i n g ga dinamika dibelakangn ya bisa terfasilitasi untuk bisa speed- nya lebih cepat. “Responsifnya lebih bisa adaptasi dengan kebutuhan-kebutuhannya dar i dinamika tersebut ,” pungkasn ya.

Editor : Muhamad Firman Syah

Bagikan