ar
en
id

UMU Buton Canangkan Kembali Program “Merangkai Cita-Cita dari Mesjid”

UMU Online– Universitas Muslim Buton mencanangkan kembali program “Merangkai Cita-Cita dari Mesjid” sebagai salah satu langkah strategis dalam mengimplementasikan visinya. Tidak hanya berorientasi pada keunggulan akademik, UMU Buton juga menanamkan kedalaman spiritual sebagai bekal bagi seluruh civitas akademika untuk mampu bersaing secara positif di tengah masyarakat. Program ini sebelumnya telah berjalan selama beberapa semester, namun sempat terhenti karena berbagai kendala. Kini, dengan semangat baru, program ini diluncurkan kembali bertepatan dengan salat zuhur Mesjid Baitul Hikmah pada Kamis, 23 Januari 2025.

Acara peluncuran dimulai dengan sambutan dari Ketua Badan Penyelenggara UMU Buton, Bapak Ibrahim Marsela, yang menegaskan bahwa program ini harus menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan kampus. Beliau menyampaikan, “Di rumah besar UMU Buton, ada empat elemen pokok yang menjadi perhatian khusus bagi seluruh civitas akademika, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan penanaman nilai-nilai Islam Aswaja. Program ini adalah salah satu upaya nyata untuk menyelaraskan semua elemen tersebut dalam keseharian kita.” Ibrahim Marsela juga menekankan pentingnya partisipasi seluruh warga kampus untuk menjamin keberlanjutan program ini sebagai bagian dari budaya UMU Buton.

Program “Merangkai Cita-Cita dari Mesjid” akan dilaksanakan setiap hari Kamis setelah salat zuhur, dengan durasi 15–20 menit. Pada kesempatan ini, Rektor UMU Buton, Dr. H. Sujiton, turut memberikan materi bertema “Kepemimpinan Islam Nabi Muhammad SAW”. Dalam materinya, beliau menguraikan nilai-nilai kepemimpinan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang relevan dan inspiratif untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dr. H. Sujiton menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok pemimpin yang tidak hanya menginspirasi umatnya dengan perkataan, tetapi juga melalui tindakan nyata. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang memiliki kejujuran dan integritas yang luar biasa. Gelar Al-Amin yang disematkan kepadanya adalah bukti kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat Mekah pada masa itu. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah kepemimpinan yang melayani, di mana beliau selalu mengutamakan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi. Beliau mendahulukan umatnya dalam segala hal, bahkan dalam hal-hal yang sederhana, seperti memberikan makanan terbaik untuk orang lain terlebih dahulu.

Nabi Muhammad SAW juga seorang pemimpin yang adil. Beliau tidak membedakan antara orang kaya dan miskin, antara suku Quraisy dan non-Quraisy, ataupun antara sahabat terdekat dan umat lainnya. Keadilan yang diterapkan Nabi Muhammad SAW menciptakan rasa aman dan kepercayaan di kalangan masyarakat. Hal ini menjadi pondasi penting dalam membangun persatuan di Madinah melalui Piagam Madinah, yang menjadi bukti nyata kebijaksanaan beliau dalam merangkul keberagaman.

Dalam setiap langkahnya, Nabi Muhammad SAW juga selalu berorientasi pada pendidikan dan pemberdayaan umat. Beliau memahami bahwa perubahan yang berkelanjutan hanya dapat terjadi melalui pendidikan. Oleh karena itu, beliau mendorong umatnya untuk mencari ilmu, bahkan jika harus melintasi jarak yang jauh. Pendidikan bukan hanya soal kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang membangun karakter dan moral yang mulia.

Keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin juga tercermin dalam kemampuannya memotivasi dan memberdayakan orang-orang di sekitarnya. Nabi mampu melihat potensi setiap individu dan mengarahkan mereka untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi umat. Misalnya, Nabi memberikan tugas-tugas strategis kepada sahabat sesuai dengan kemampuan dan bakat mereka. Ini menunjukkan bahwa beliau memahami pentingnya menempatkan seseorang pada posisi yang tepat untuk mencapai hasil terbaik.

Dalam penutup materinya, Dr. H. Sujiton mengajak seluruh civitas akademika UMU Buton untuk menjadikan nilai-nilai kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. “Melalui program ini, kita tidak hanya belajar tentang ajaran Islam, tetapi juga tentang bagaimana menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, dengan mengedepankan integritas, keadilan, dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan visi UMU Buton sebagai universitas yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat,” ungkap beliau.

Acara peluncuran ditutup dengan doa bersama, diiringi harapan agar program ini menjadi bagian integral dari kehidupan kampus dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan. UMU Buton kembali menegaskan komitmennya untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual.

Editor, Humas UMU Buton (Muhamad Firman Syah)

Bagikan :